Filum Annelida: Ciri-Ciri, Klasifikasi, Contoh

Filum Annelida berasal dari bahasa latin anellus yang artinya adalah cincin kecil. Sudah lebih dari 15.000 spesies yang ditemukan dalam filum ini, mencakup kelompok tubuh yang bersegmen dengan tiga lapisan tubuh atau disebut juga dengan triploblastik.

Spesies yang mungkin sering kita lihat dalam filum ini adalah cacing tanah. Berbeda dengan filum Mollusca, Annelida hanya dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Hirudinea, Polychaeta, dan Oligochaeta.

Ciri-ciri Annelida

Cacing yang termasuk ke dalam kelompok Annelida memiliki tubuh yang bersegmen, mempunyai tiga lapisan tubuh (triploblastik) yaitu mesoderm, ektoderm serta endoderm, memiliki rongga tubuh.

Annelida hidup tersebar di daerah daratan, perairan tawar dan juga di lautan. Beberapa dapat hidup bebas dan sebagiannya lagi hidup berparasit.

Sistem ekskresi, sistem pencernaan, serta sistem reproduksinya sudah mengalami perkembangan yang baik. Beberapa cacing ini memiliki jenis kelamin yang terpisah yakni gonochoris dan diesis serta beberapa diantaranya hermaprodit.

Cacing ini pada umumnya dapat menghasilkan larva yang bersilia atau disebut dengan trokofor serta mempunyai cairan yang mirip dengan darah, dengan begitu sistem peredaran darhnya adalah tertutup.

Klasifikasi Filum Annelida

  1. Hirudinea

Cacing yang termasuk ke dalam kelas ini biasanya hidup sebagai parasit atau bisa juga predator. Bentuk tubuhnya pipih dorsiventral, yang terdiri dari 33 segmen. Memiliki alat hisap yaitu posterior serta interior. Jenis kelaminnya tidak mempunyai setae atau parapodia, tapi tergolong ke dalam hermaprodit, kopulasinya secara resiprok, contohnya pada cacing tanah.

Pembuahan zigot dilakukan secara internal serta berkembang di dalam kokon. Bagian mulut terdiri dari tiga buah rahang yang dibuat oleh zat kitin disusun dalam bentuk segitiga.

Tubuh cacing ini dapat menghasilkan zat kitin koagulan, kemudian darah akan dihisap sebanyak 3 kali dari berat badannya. Saluran pencernaan yang terdiri dari mulut, lambung, usus, rectum dan anus.

Sistem pernapasannya secara berdifusi, melewati semua permukaan tubuhnya. Sistem sarafnya berupa tangga tali dan ganglion di bagian ventral. Sistem ekskresinya berupa nefridia yang berada di ruas ke tujuh hingga ruas ke dua puluh tiga.

Contoh spesiesnya ialah pacet/ Haemadipsa dan lintah/ Hirudo medicinalis

  1. Polychaeta

Salah satu kelas dari Filum Annelida ini memiliki bentuk tubuh memanjang, pipih dan dorsiventral. Cacing ini memiliki segmen dengan panjang tubuh sekitar 30 cm. habitat cacing ini berada di sekitaran pantai, di dalam pasir, atau berada di lubang-lubang pada bebatuan daerah yang pasang surut. Cacing ini terbiasa aktif di malam hari. Pada sisi lain di bagian lateral segmennya, tumbuh rambut-rambut atau setae yang membentuk kaki rambut dari sekumpulan rambutnya yang disebut dengan parapodia.

Sistem pencernaannya terdiri atas mulut, kerongkongan, usus serta anus. Sistem pernapasannya dilakukan dengan cara berdifusi yang melalui semua permukaan tubuhnya. Sistem ekskresi terdiri dari sepasang nefridium di tiap segmennya, kecuali pada segmen awal dan akhirnya.

Sistem peredaran darahnya terdiri dari pembuluh darah ventral dan dorsal yang terhubung dari berbagai kanal di dalam setiap segmennya.  Warna darah dari polychaeta sama seperti pada umumnya yaitu merah, dikarenakan dalam darahnya mengandung hemoglobin.

sistem saraf pada polychaeta berupa tangga tali terdiri dari ganglion supraesofageal atau ganglion serebral, yaitu sebagai otak yang ada di belakang kepalanya serta saraf bagian depannya. Dua saraf sirkumesoflagel ialah saraf yang menghubungkan ganglion supraesoflagel dengan ganglion subesoflagel.

Sistem reproduksinya dilakukan dengan cara seksual dengan kelamin berjenis gonochoris. Pembuahan cacing polychaeta dilakukan di luar tubuh yaitu di dalam air serta akan menghasilkan larva trokofor.

Contoh spesies dari kelas polychaeta adalah Nereis sp.

  1. Olygochaeta

Jenis cacing pada kelas ini memiliki panjang tubuh sekitar 10 – 25 cm dan memiliki segmen. Habitatnya berada di daratan maupun ada juga di perairan tawar. Setiap segmen di tubuhnya ada sedikit setae. Bagian mulut berada di bagian ujung anterior, anusnya berada di bagian ujung posterior.

Sistem pencernaannya terdiri atas mulut serta kerongkongan, ingluvies (tembolok), lambung yang tebal, usus halus dan juga anus. Di bagian dorsal (belakang) usus halusnya memiliki lipatan internal. Pada bagian kerongkongan ada 3 pasang kelenjar yang mengandung kapur.

Sistem pernapasan dilakukan dengan cara difusi melalui permukaan tubuh yang sudah mengandung kutikula sebagai pelapisnya ketika basah.

Sistem sirkulasinya secara tertutup terdapat 5 pasang jantung yang memiliki otot, pembuluh darah ventral dan dorsal. Pertama darah akan dipompa dari jantung melewati pembuluh darah dorsal menuju pembuluh darah bagian ventral, kemudian menuju jaringan tubuh serta balik lagi menuju jantung. Cairan darahnya berwarna karena mengandung hemoglobin.

Sistem ekskresi terdiri dari satu pasang nefridium yang ada di tiap segmennya, kecuali di segmen awalnya akhirnya. Sistem saraf berupa tangga tali. Sistem reproduksinya dilakukan setelah cacing ini dewasa yaitu dengan cara seksual, di segmen ke 32 dari anterior ada 6 atau 7 segmen yang terjadi pembengkakan lunak yang disebut dengan klitelum.

Contoh spesies dari kelas oligochaeta adalah cacing tanah jenis Pheretima sp dan cacing tanah jenis Lumbricus terrestris.

Cacing tanah memiliki sifat hermaprodit, namun cacing tanah tidak dapat melakukan pembuahan secara sendiri. Kopulasi berlangsung dengan cara resiprokal, yang terjadi pada 2 cacing kemudian keduanya akan saling menukar spermanya, lalu sperma akan ditampung di kantung sperma.

Sesudah terjadi fertilisasi atau pembuahan terbentuklah kokon, yang ada di bagian klitelum. Kemudian sperma akan membuahi sel telur dan terbentuklah zigot. Zigot akan berkembang menjadi cacing kecil di dalam kokon. Lalu kokon tersebut disimpan di dalam tanah lembab sehingga cacing kecil dapat tahan hidupnya.

Peranan Filum Annelida dalam Kehidupan

Pada bidang pertanian, cacing tanah dapat membantu degradasi sampah organik serta dapat memperbaiki pengudaraan (aerasi) tanah. Maka dari itu cacing tanah dapat meningkatkan kualitas tanah pertanian.

Cacing tanah dapat dibudidayakan sebagai bahan pembuatan konsentrat makanan hewan ternak, misalnya untuk ikan. Selain itu, bisa juga dimanfaatkan sebagai obat tipes yang dibuat dari serbuk cacing kemudian dimasukkan ke dalam kapsul.

Selain cacing tanah, lintah juga kerap digunakan untuk pengobatan dalam dunia kedokteran, meskipun hewan ini menjadi parasit karena menyedot darah inangnya.

Kembali ke Materi Biologi